Indonesia Lebih Tepat Anut Sistem
Ekonomi Campuran
Banda Aceh ( Berita ) : Pakar ekonomi Fakultas Ekonomi
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Ali Yamin menilai Indonesia lebih
tepat menganut sistem ekonomi campuran, yakni sosialis dan liberal yang selama
ini telah berjalan.
“Saya menilai Indonesia lebih tepat
melaksanakan ekonomi campuran atau yang dikenal pada era orde baru dengan
sistem ekonomi Pancasila,” katanya di Banda Aceh, Jumat [29/05] , menanggapi
pro kontra neoliberalisme dan ekonomi kerakyatan.
Indonesia tidak bisa lepas dari sistem ekonomi
liberal, karena perekonomian negara ini masih bergantung pada Amerika Serikat.
Sebagai contoh ketika krisis ekonomi global melanda dunia, khususnya Amerika
Serikat, ekspor tekstil Indonesia macet total. “Ini menandakan, kita masih
sangat tergantung dengan Amerika, sehingga mau tidak mau pelaku ekonomi kita
menganut liberal,” katanya.
Namun, sistem ekonomi liberal tidak bisa 100
persen diterapkan, karena sebagai negara berkembang campur tangan pemerintah
masih diperlukan, katanya.
Ia menyatakan, ekonomi liberal atau yang
sekarang populer neoliberal tidak bisa diterapkan di Indonesia, karena sistem
tersebut hanya menguntungkan dua golongan, yakni pemilik modal dan perbankan,
sementara di negara ini penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan masih
tinggi.
“Jadi, pertumbuhan ekonomi pada sistem liberal
hanya bisa dirasakan oleh dua kelompok tersebut, padahal perekonomian harus
dirasakan semua lapisan masyarakat,” katanya.
Oleh karenanya, siapapun yang akan menjadi
presiden mendatang, maka sistem ekonomi yang akan diterapkan di Indonesia
adalah ekonomi Pancasila atau campuran, dimana peran pemerintah masih sangat
dibutuhkan untuk mebangun ekonomi kerakyatan.
Menyinggung program ekonomi tiga pasangan calon
presiden dan wapres mendatang, Ali Yamin menyatakan, program ekonomi pasangan
Jusuf Kalla-Wiranto masih realistis dibandingkan dua pasangan lainnya.
Konsep ekonomi JK-Win lebih mengutamakan
sektor riel, sehingga perekonomian Indonesia akan lebih cepat berkembang.
“Jadi slogan pasangan JK-Win ‘lebih cepat
lebih baik’ sangat tepat dengan konsep ekonominya yang mengutamakan sektor
riel, sehingga mereka mematokan pertumbuhan ekonomi mencapai 6-7 persen,”
ujarnya.
Sementara, konsep ekonomi pasangan SBY-Boediono,
menurut Ali Yamin, akan tetap menerapkan sistem ekonomi sebelumnya atau yang
sudah berjalan selama ini.
Menanggapi konsep
neoliberalisme yang disebut-sebut dianut Boediono, ia menyatakan, sebagai
negara berkembang sulit rasanya menerapkan eknomi liberal, karena Indonesia
masih memerlukan campur tangan pemerintah untuk mensejahterakan rakya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar