Senin, 05 Juni 2017

Sistem Ekonomi Yang tepat dianut Indonesia

Indonesia Lebih Tepat Anut Sistem Ekonomi Campuran

Banda Aceh ( Berita ) : Pakar ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Ali Yamin menilai Indonesia lebih tepat menganut sistem ekonomi campuran, yakni sosialis dan liberal yang selama ini telah berjalan.
“Saya menilai Indonesia lebih tepat melaksanakan ekonomi campuran atau yang dikenal pada era orde baru dengan sistem ekonomi Pancasila,” katanya di Banda Aceh, Jumat [29/05] , menanggapi pro kontra neoliberalisme dan ekonomi kerakyatan.
Indonesia tidak bisa lepas dari sistem ekonomi liberal, karena perekonomian negara ini masih bergantung pada Amerika Serikat. Sebagai contoh ketika krisis ekonomi global melanda dunia, khususnya Amerika Serikat, ekspor tekstil Indonesia macet total. “Ini menandakan, kita masih sangat tergantung dengan Amerika, sehingga mau tidak mau pelaku ekonomi kita menganut liberal,” katanya.
Namun, sistem ekonomi liberal tidak bisa 100 persen diterapkan, karena sebagai negara berkembang campur tangan pemerintah masih diperlukan, katanya.
Ia menyatakan, ekonomi liberal atau yang sekarang populer neoliberal tidak bisa diterapkan di Indonesia, karena sistem tersebut hanya menguntungkan dua golongan, yakni pemilik modal dan perbankan, sementara di negara ini penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan masih tinggi.
“Jadi, pertumbuhan ekonomi pada sistem liberal hanya bisa dirasakan oleh dua kelompok tersebut, padahal perekonomian harus dirasakan semua lapisan masyarakat,” katanya.
Oleh karenanya, siapapun yang akan menjadi presiden mendatang, maka sistem ekonomi yang akan diterapkan di Indonesia adalah ekonomi Pancasila atau campuran, dimana peran pemerintah masih sangat dibutuhkan untuk mebangun ekonomi kerakyatan.
Menyinggung program ekonomi tiga pasangan calon presiden dan wapres mendatang, Ali Yamin menyatakan, program ekonomi pasangan Jusuf Kalla-Wiranto masih realistis dibandingkan dua pasangan lainnya.
Konsep ekonomi JK-Win lebih mengutamakan sektor riel, sehingga perekonomian Indonesia akan lebih cepat berkembang.
“Jadi slogan pasangan JK-Win ‘lebih cepat lebih baik’ sangat tepat dengan konsep ekonominya yang mengutamakan sektor riel, sehingga mereka mematokan pertumbuhan ekonomi mencapai 6-7 persen,” ujarnya.
Sementara, konsep ekonomi pasangan SBY-Boediono, menurut Ali Yamin, akan tetap menerapkan sistem ekonomi sebelumnya atau yang sudah berjalan selama ini.
Menanggapi konsep neoliberalisme yang disebut-sebut dianut Boediono, ia menyatakan, sebagai negara berkembang sulit rasanya menerapkan eknomi liberal, karena Indonesia masih memerlukan campur tangan pemerintah untuk mensejahterakan rakya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar